Setujukah pembaca dengan pernyataan judul diatas?? Setidaknya, itulah yang telah diutarakan oleh Drg. Tatag didalam suatu seminar. Tentunya sikap mental yang baik yang bisa menjadi kunci sukses didalam suatu perusahaan. Sebelum memasuki pemaparan selanjutnya, mari kita lihat data-data berikut ini :
Seperti kita ketahui, Indonesia mempunyai banyak keunggulan Komparatif, bila dibandingkan dgn Jepang, Sebagai contoh :
– Mangan 724.529 (dlm ton)
– Besi 205 juta (dlm ton)
– Bauksit 14 juta (dlm ton)
– Emas 100 rb ( kdr 3.53 gr/ton) Sedangkan Jepang, tidak mempunyai sumber kekayaan seperti data-data diatas (alias 0). Sumber data diambil :
* Pedoman galian Ind. 1950-1965 Dirj Pertambangan
* Fact File N.D.I.O
Namun, mempunyai keunggulan komparatif yang banyak, sama sekali bukan jaminan suatu bangsa memiliki keunggulan kompetitif.
Buktinya ??
Lihatlah pendapatan perkapita (sebagai contoh thn 1999). Bangsa Indonesia mempunyai pendapatan perkapita US$ 460, sedangkan Jepang US$ 30.340,-. Ironis bukan?? Padahal, Jepang tidak mempunyai keunggulan komperatif satupun seperti yang penulis sebutkan diatas. Gak usah Jepang dech. Kita lihat Malaysia yang mempunyai pendapatan perkapitanya US$ 3092. 5 kali lipat lebih besar daripada Indonesia (parah bukan)??
Bukti lainnya??
– Hutang Pemerintah dan swasta tahun 2000 aja sudah sebesar US$ 144 milyar.(untuk tahun 2007 mungkin bisa membengkak).
– Jumlah penduduk miskin Indonesia sebesar 120.000.000- orang. Ini dengan kategori yang tidak mampu membeli sandang maupun obat-obatan serta makan 3x sehari.
(sumber data : bisnis indonesia 10 oktober 2002)
Pertanyaannya adalah mengapa Indonesia bisa sampai tertinggal jauh??
Ya karena kualitas sikap mental manusianya yang sudah sangat parah! Masih ingat kan, ketika Indonesia dinobatkan menjadi negara 5 besar terkorup di dunia. Coba telaah dech sikap pemerintah kita. Sepertinya biasa biasa saja. Ada sich tindakan-tindakan nyata didalam upaya memberantas korupsi dan lain-lain. Namun, mengapa justru korupsi-korupsi yang besar (seperti BLBI) penyelesaian kasusnya tidak tentu arahnya? Ingat lho, berdasarkan informasi yang penulis dengar, APBN negara sebesar 30% dihabiskan untuk membayar hutang BLBI. Hehehehe…jadi melenceng jauuh nich…kembali ke laptop….!!!
Nah….pertanyaan selanjutnya adalah, apakah sikap mental dianggap sedemikian penting, sehingga bisa menjadi faktor penentu didalam kemajuan bangsa pada umumnya dan perusahaan secara khusus???
Sangat Penting!!!
Untuk pertanyaan ini penulis akan memberi simulasi sebagai berikut :
Kualitas Manusia = Kualitas Teknis x K.Fisik x K. Sikap Mental
Misal sebagai contoh :
“Seorang anggota DPR sebutlah Amir, berusia 40 tahun. Mempunyai kualitas teknis dengan nilai 100 karena lulusan S2, pintar dan sebagainya. Amir juga mempunyai badan yang sehat, tegap, dan cekatan (kualitas Fisik nilai 100) juga. Tetapi kualitas sikap mentalnya (–1), karena Amir suka korupsi, cari2 “amplop” dari mana2. Maka kualitas secara keseluruhan adalah :
100 x 100 x (-1) = (-10.000,-)
Disini jelas terlihat bahwa sikap mental menjadi variable penentu kualitas total manusia. Dan sangat penting karena menjadi faktor kunci sukses didalam suatu perusahaan dan berbangsa.
Kalau dikaitan dengan keadaan Indonesia saat ini??
Banyak orang-orang pinter di Indonesia. Tapi ya itu tadi, kecenderungan sikap mentalnya (-). Korupsi merajalela, pungli dimana-mana, transaksi apapun pada umumnya selalu ada sogokan. Gimana mau maju kalau mentalnya sudah kayak gini???
Implikasi lebih jauh yang sangat dikhawatirkan adalah : Sikap Mental akan melahirkan suatu tindakan. Dari tindakan yang berulang-ulang maka akan melahirkan suatu kebiasaan. Dari kebiasaan yang mendarah daging akan menjadi tabiat. Dari tabiat pada akhirnya menjadi suatu budaya. Sehingga hal-hal negatif (sikap mental yg negatif) menjadi sesuatu hal yang wajar dimata kita….(Sepertinya sudah kejadian dech di Indonesia)!
Gak sadar kan akibat dari selalu bersikap mental yang negatif??
1. Kalah dalam kualitas manusia
2. Kalah Produktif (jelas jauuuhhh….etos kerjanya mlempem)
3. Kalah pandai….(gak sich kalau dalam hal korupsi, ngebajak
karya org..he4x)
4. Kalah bersaing….(apa yang mau dibanggakan?? Olahraga??
Product?? Gak janji dech)
5. Menjadi tamu/ babu di negeri sendiri. (sudah kejadian kan,
Perusahan2 strategis menjadi milik negara lain)
Lalu bagaimana solusinya?? Ini hanya opini penulis lhoo (maaf jika gak sependapat)
1. Mengembangkan sikap mental positif. Karena dari sikap mental positif pada akhirnya akan melahirkan budaya negara/ perusahaan yang baik.
2. Etos kerja. Jelas harus ditingkatkan kalau kita ingin bersaing dengan orang lain/ negara lain.
Pertanyaannya adalah…apakah akan berhasil menerapkan sikap mental yang positif disuatu perusahaan/ negara yang mayoritasnya sikap mentalnya sudah negatif??
“Bilamana keadaan sudah sedemikan parahnya, maka kita harus melakukan tindakan “Law enforcement” yaitu suatu kebijakan perusahaan/negara yang mewajibkan karyawannya/ penduduknya mematuhi peraturan-peraturan yang ada, dengan konsekwensi hukuman bilamana peraturan-peraturan tersebut dilanggar. Tindakan tersebut diharapkan akan memaksa karyawan/ penduduk menjalani kegiatan sesuai dengan peraturan. Sehingga pada akhirnya akan menjadi suatu kebiasaan/ Budaya yang baik didalam suatu perusahaan”.
Kesimpulan :
Dari pemaparan-pemaparan yang singkat diatas maka penulis mengambil suatu kesimpulan bahwa :
1. Bahwa sikap mental merupakan variable penentu kualitas total manusia, karena paling menentukan tinggi rendah kualitas manusia.
2. Bilamana keadaan suatu bangsa atau perusahaan sudah bersikap mental negatif, maka perlu adanya upaya “law enforcement” untuk menerapkan sikap mental yang baik.
Demikian pemaparan penulis. Mohon maaf, karena keterbatasan sesuatu, penulis tidak dapat memaparkan lebih detail lagi.
Mudah-mudahan, bisa berguna bagi rekan-rekan milis.
Ada kurang dan khilafnya, penulis mohon maaf.
Salam
Ajie
Hwakakaka…mantap..mantapphh..Bro!!
Luar biasa pesat daya kritis ente! Seandainya aku punya 10 jempol tangan, ke-10 jempol itu aku acungkan untukmu! (psst..tapi klo ke-10 jari tanganku jempol semua..berarti cacat dunk. jadi cukup 2 jari jempol aja dah! Two thumbs up..friend!!)
Aku paling suka dgn bagian yg berikut ini:
“Nah….pertanyaan selanjutnya adalah, apakah sikap mental dianggap sedemikian penting, sehingga bisa menjadi faktor penentu didalam kemajuan bangsa pada umumnya dan perusahaan secara khusus???
Sangat Penting!!!
Untuk pertanyaan ini penulis akan memberi simulasi sebagai berikut :
Kualitas Manusia = Kualitas Teknis x K.Fisik x K. Sikap Mental
Misal sebagai contoh :
“Seorang anggota DPR sebutlah Amir, berusia 40 tahun. Mempunyai kualitas teknis dengan nilai 100 karena lulusan S2, pintar dan sebagainya. Amir juga mempunyai badan yang sehat, tegap, dan cekatan (kualitas Fisik nilai 100) juga. Tetapi kualitas sikap mentalnya (–1), karena Amir suka korupsi, cari2 “amplop” dari mana2. Maka kualitas secara keseluruhan adalah :
100 x 100 x (-1) = (-10.000,-)
Disini jelas terlihat bahwa sikap mental menjadi variable penentu kualitas total manusia. Dan sangat penting karena menjadi faktor kunci sukses didalam suatu perusahaan dan berbangsa.”
satu2nya kritik aku utk tulisan ini, ahh..seandainya data2 kamu itu updated, setidaknya data per Des 2006, maka tulisan ini akan lebih valid lagi! Anyway..Bravo! Sumpah..aku puas kali mbaca tulisan kau ini! (status : Jalan Monyet..MODE ON)
Hwakakaka..(:-D)
heheheheeee…..ya ini kan semua berkat bimbingan abang juga…..gak akan mungkin bisa kalau aku gak dikasih kesempatan dan ilmu ma abang.
Tapi semua itu masih jauh dari kata sempurna…masih perlu bimbingan dari abang..tarie..mas adit….dan rekan2 lainnya….
Setuju banget sama ajie. Karena sikap mental negative yang sudah menjadi kebiasaan (atau membudaya?) kita juga punya kebiasaan yang susah banget hilangnya, yaitu memandang pesimis terhadap hampir semua hal yang diproduksi oleh bangsa sendiri.
Produksi dalam negeri sering sekali dipandang sebelah mata dan lebih memilih produksi luar negeri yang belum tentu lebih bagus.
Orang Indonesia juga suka memandang pesimis terhadap sesama orang Indonesia. Kalau ada yang sukses bukan dikasih selamat, malah disirikin, kalau melihat orang lain berhasil bukannya terpacu untuk berusaha lebih maju, malah menyalahkan nasib. Ah gimana ini???